Aku Iri Pada Kaliant

Aku iri pada kaliant
Setiap kali iank kaliant bicarakan, slalu sadza tentank Seculah, kuliah, gaya hidup dan pacarr kaliant.

Sementara aku?
Apa iank mao aku bicarakan?
Apa iank mao aku banggakan?
Tak ada sepatah katapun iank bizha aku bicarakan
Tak ada satupun iank bizha aku banggakan.

Aku iri pada kaliant
setiap kali aku lihat kaliant, kluar masuk rumah mewah, mobil mewah.

Sementara aku?
Jangankan mobil mewah, sepeda bututtpun aku tak punya, dan aku tinggalpun hanya di dalam gubug iank penuh penderita.an

Aku iri pada kaliant
Setiap malam minggu kaliant slalu berduan sama pacarr ato berkumpul sama teman-teman kaliant.

Sementara aku?
Aku hanya bertemankan sepi dan segudank kerdza.an iank belum terselesaikan.

Aku iri pada kaliant
Iiank dengan mudah mendapatkan apa iank kaliant inginkan, tanpa susah payah.

Sementara aku?
Aku haruz bekerdza sendiri, bersusah payah sa.at ku inginkan sesuatu.

Aku iri pada kaliant
Sa.at kuliahat kaliant iank sedank merayakan kelulusan. Betapa bahagianya.

Sementara aku?
Aku hanya bizha meliahat di balik jendela kamarku.
Andai aku adalah salah satu dari kaliant.

Kapan aku bizha seperti kaliant ato mungkin kaliant seperti aku?
Biar aku bizha merasakan apa iank kaliant rasakan ato mungkin kaliant merasakan apa iank aku rasakan sa.at ini.

Sa.at kaliant beratanya kepadaku;
Lulusan apa kamu sculah/kuliah?
Dan aku jawab: AKU SERJANA
Serjana apa?
Serjana Dasar aliaz eS Do.ank aliaz SD
Kenapa tidak melanjutkan sculah?
Aku hanya bizha diam, tak mampu ku menjawab
Karna tak tao aku haruz manjawab apa.

Lalu aku bertnya kepada Ayah dan Ibuku
Kenapa aku tidak di sculah kan?
Kenapa aku tidak seperti mereka?

Ayah dan Ibuku menjawab, sambil menitikan air mata; Hidup memang pilihan
Jika dengan pilihan kami engkau merasa sepi dan merana, maka ma.avkanlah nag
Ma.avkan kami - Ma.avkan kami

Percayalah nag
Sepi dan ranamu adalah sebagian duka kami
Percayalah nag
Engkau adalah selalu menjadi belahan nyawa kami

Ma.avkanlah nag
Jika engkau tak bahagia dengan pilihan kami.
Kami bukannya tak mao, tapi kami tak mampu membiayai untuk sculah-mu
Kamu lihat sendiri ayahmu iank kerdza hanya sebagi petani kecil, iank hanya cukup buat makan kamu dan sodara-sodara-mu.

Lalu aku diam
Aku haruz menyalah kan siapa?
Haruz kah aku menyalah kan Tuhan iank telah menciptakan ku?
Haruz kah aku menyalah kan Ayah dan Ibuku?
Apa haruz kah aku menyalah kan kaliant ?

Tidak!!
Jelaz ini bukan salah Tuhan, bukan salah Ayah dan Ibuku, apalagi kaliant

Ini salahku
Iiank punya rasa iri pada kaliant karna tak mampu
Tak seharuznya aku punya prasaan ini

Seharuznya aku bizha lebih bersukur, karna aku mazih di beri kesempatan untuk hidup.